Masyarakat Indonesia, pantas bersyukur karena memperoleh kebebasan beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Seperti pada bulan Ramadan ini, setiap muslim bebas berpuasa dan beribadah.
Namun tak semua muslim di beberapa negara memperoleh kebebasan seperti itu. Misalnya yang terjadi di wilayah Uyghur Xinjiang China. Pemerintah setempat melarang warganya berpuasa selama bulan Ramadan, termasuk anggota partai, pelajar dan para guru.
Puasa Ramadan menjadi isu yang sensitif di wilayah ini. Ketika semua muslim di seluruh dunia bebas menjalankan puasa, penguasa wilayah ini malah melarang komunitas muslim melakukannya.
Bahkan di Jinghe, wilayah perbatasan Kazakh penguasa setempat memerintahkan restoran-restoran halal untuk tetap buka seperti biasa selama bulan Ramadan. Pemilik restoran yang mematuhi perintah ini akan memperoleh reward.
Tekanan pemerintah kepada komunitas muslim tersebut tidak hanya kali ini saja. Sebelumnya pemerintah China bahkan memerintahkan toko-toko untuk menjual rokok dan alkohol.
Seperti dilansir shanghaiist pembatasan kegiatan keagamaan itu juga diterapkan di daerah lain di Xinjiang. Pejabat partai setempat meminta warga untuk memberikan surat pernyataan bahwa mereka tidak akan melakukan kegiatan keagamaan dan tidak berpuasa selama Ramadan.
Menurut Dilxat Raxit, juru bicara kelompok Uyghhur di pengasingan, China melakukan pengawasan lebih ketat pada bulan Ramadan yang bisa meningkatkan resistensi. Pembatasan kegiatan keagamaan merupakan bagian dari kebijakan pemerintah dalam melawan “ekstremisme agama”.
Pemerintah Cina menyalahkan para separatis Uyghur yang melakukan bentrokan dan kekerasan yang menyebabkan ratusan orang meninggal beberapa tahun terakhir. (liputan6.com/ABNS)