Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal.
Kita sebagai orangtua lebih banyak mengandalkan guru maupun tempat
les untuk mencerdaskan anak-anak kita, padahal kunci cerdasnya anak,
justru ada di rumah, ada pada kedua orangtua!
Orangtua perlu memahami bagaimana tahapan mendidik anak sesuai
dengan usianya. Berikut ini adalah tahapan cara mendidik anak ala
Rasulullah yang insya Allah dapat mencerdaskan anak-anak kita, baik
secara intelektual maupun emosional.
1. Mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun: Perlakukan anak sebagai raja
Anak usia 0-6 tahun merupakan usia emas atau Golden Age. Anak pada
usia ini akan mengalami masa tumbuh kembang yang sangat cepat.
Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan mainan. Mainan
akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang cerdas.
Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk
senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0
hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan
baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang
baik.
Zona merah: Jangan marah-marah! Jangan banyak larangan, jangan
rusak jaringan otak anak, pahami bahwa anak masih kecil dan yang
berkembang adalah otak kanannya.
Jadikan anak merasa aman, merasa dilindungi dan nyaman bersama
orangtua. Ketika anak nakal maka janganlah membiasakan untuk dipukul
supaya anak mau menurut. Memukul ataupun memarahi anak pada usia ini
bukanlah cara yang tepat. Berikanlah kesempatan pada anak agar
merasakan kebahagiaan yang berkualitas dimasa kecil.
2. Mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun: Perlakukan anak sebagai tawanan perang/ pembantu.
“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia 7
tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia
10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Perkenalkanlah anak dengan tanggung jawab dan kedisiplinan pada
usia ini. Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya
dan mendirikan shalat 5 waktu.
Pukullah anak ketika anak tidak mau mendirikan shalat. Tapi bukan
pukulan yang menyakitkan atau pukulan di kepalanya. Atau kita bisa
membuat sanksi-sanksi ketika anak melanggar, namun sanksi yang diberikan
usahakan sesuai dengan kesepakatan antara anak dan orangtua.
Zona kuning: Zona hati-hati dan waspada. Latih anak mandiri
mengurus dirinya sendiri, missal cuci piring, cuci baju, menyetrika.
Pelajaran mandiri ini akan bermanfaat banyak di masa depannya, untuk
kecerdasan emosionalnya.
3. Mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun: Perlakukan anak seperti sahabatAnak
pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak. Oleh
karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya
adalah agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan,
karena kita dekat dengan anak.
Zona hijau: sudah boleh jalan. Anak sudah bisa dilepas mandiri dan menjadi duta keluarga.
Timbulkan rasa nyaman pada anak bahwa kita orangtua namun bisa
bersikap seperti sahabat setia. Sahabat setia yang siap mendengar
segala cerita dan curahan hati anak. Masa ini adalah masa pubertas untuk
anak-anak. Jangan sampai ketika anak-anak punya masalah namun mereka
cari solusi dan cari curhat ke tempat orang lain. Didiklah anak dengan
membangun persahabatan meskipun kita adalah orangtuanya, agar anak tidak
merasa bahwa kita adalah orang ketiga yang tidak boleh tahu tentang
permasalahan dirinya.
Para orangtua juga dilarang untuk memarahi dan menghardik anak di
hadapan adik-adiknya ataupun di depan kakak-kakaknya. Maksudnya supaya
harga dirinya tidak jatuh sehingga anak tidak merasa rendah diri.
Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.
Semoga bermanfaat.
(Source)