Laporan Reporter Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Dari namanya saja makanan yang satu ini sudah unik.
Ayam Sampah atau Ayam Tangkap, begitu nama populernya.
Disebut Ayam Sampah karena makanan yang menjadikan ayam goreng sebagai komposisi utama ini, disajikan bersama gunungan daun rempah berupa temuru dan pandan yang digoreng kering.
Tak heran jika kemudian pembeli menamainya Ayam Sampah.
Sajian Ayam Sampah atau Ayam Tangkap Rumah Makan
Aceh Rayeuk, di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh. (Foto-foto Serambi
Indonesia/Nurul Hayati)
Sedangkan nama Ayam Tangkap merupakan nama resmi yang disematkan oleh pemilik usaha rumah makan.
Hal ini mengingat pembeli diberi kebebasan memilih ayam mana yang hendak disantap, baru kemudian ditangkap dan diolah oleh koki untuk disajikan kepada pembeli.
Cara Menyantap
Sama seperti namanya, cara menyantapnya juga unik.
Daun temuru dan pandan yang memenuhi hampir semua permukaan piring hanya menyisakan sedikit celah bagi potongan ayam yang mengintip dibalik gunungan daun.
Oleh karena itu jika hendak memakannya, maka anda harus mengubek-ubek terlebih dulu guna menemukan ayam yang dipotong kecil-kecil yang tertimbun dedaunan.
“Ayam Tangkap cocok dimakan berdua atau bertiga. Porsinya cukup besar dan enak disantap dengan nasi selagi hangat,” ujar Nunung, warga asal kota setempat yang makan bersama seorang teman.
Pengunjung saat menikmati Ayam Sampah atau Ayam Tangkap, sajian Rumah Makan Aceh Rayeuk, di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh.
Serambi Indonesia (Tribun Network) berkesempatan bertandang ke Rumah Makan Aceh Rayeuk, salah satu tempat yang menyajikan menu spesialis ayam tangkap.
Menyibak rahasia dapur kuliner Aceh yang dikenal kaya bumbu dan rempah.
Ayam goreng yang dipotong kecil-kecil itu menggunakan kunyit, ketumbar, jahe, bawang merah, bawang putih, dan tak ketinggalan cabai sebagai bumbu.
Bumbu yang telah dihaluskan itu lantas dilumuri ke dalam potongan ayam dan direndam selama lima menit.
Selanjutnya digoreng dalam minyak panas bersama irisan bawang merah yang kemudian ditambahkan dengan daunan rempah.
Setelah digoreng menjadi bawang goreng dan daun pandan, serta temuru dalam kondisi kering benar, lantas itu semua diangkat dan ditiriskan.
Menyisakan potongan ayam berbumbu di dalam wajan yang menunggu matang. Tak lebih dari 10 menit, ayam tangkap atau ayam sampah pun siap disajikan.
Keunikan Ayam Tangkap
Ayam goreng yang dipotong kecil-kecil itu menggunakan kunyit, ketumbar, jahe, bawang merah, bawang putih, dan tak ketinggalan cabai sebagai bumbu.
Bumbu yang telah dihaluskan itu lantas dilumuri ke dalam potongan ayam dan direndam selama lima menit.
Selanjutnya digoreng dalam minyak panas bersama irisan bawang merah yang kemudian ditambahkan dengan daunan rempah.
Setelah digoreng menjadi bawang goreng dan daun pandan, serta temuru dalam kondisi kering benar, lantas itu semua diangkat dan ditiriskan.
Menyisakan potongan ayam berbumbu di dalam wajan yang menunggu matang. Tak lebih dari 10 menit, ayam tangkap atau ayam sampah pun siap disajikan.
Keunikan Ayam Tangkap
“Uniknya Ayam Tangkap karena menggunakan daunan rempah yang
digoreng kering sehingga bisa dimakan. Cara memasak pun turut menentukan
citarasa ayam,” terang Boy, pemilik Rumah Makan Aceh Rayeuk.
Rumah makan yang beralamat di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh tersebut konon merupakan tempat pertama yang memperkenalkan ayam tangkap di ibu kota provinsi paling barat Indonesia tersebut.
Setiap harinya Rumah Makan Aceh Rayeuk menghabiskan hingga 150 ekor ayam untuk memenuhi permintaan pembeli.
Selain melayani pembeli yang makan di tempat, Boy juga menerima pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.
Tempat yang berdiri sejak 1996 ini buka dari jam 09.00–22.00 WIB setiap harinya.
Khusus bagi anda yang membawa pulang atau memesan, makanan tersebut tahan hingga 4 hari.
Cukup disimpan dalam microwave atau dipanaskan dengan cara digonseng.
Rumah makan yang beralamat di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh tersebut konon merupakan tempat pertama yang memperkenalkan ayam tangkap di ibu kota provinsi paling barat Indonesia tersebut.
Setiap harinya Rumah Makan Aceh Rayeuk menghabiskan hingga 150 ekor ayam untuk memenuhi permintaan pembeli.
Selain melayani pembeli yang makan di tempat, Boy juga menerima pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.
Tempat yang berdiri sejak 1996 ini buka dari jam 09.00–22.00 WIB setiap harinya.
Khusus bagi anda yang membawa pulang atau memesan, makanan tersebut tahan hingga 4 hari.
Cukup disimpan dalam microwave atau dipanaskan dengan cara digonseng.
Karena dimasak dalam kondisi kering betul, maka tak perlu khawatir citarasanya berubah.
Boy mengungkap dirinya setia menggunakan jenis ayam kampung yang terbilang muda.
Untuk itu ia berlangganan ayam kepada penggalas yang memasoknya dari berbagai daerah di Aceh.
Namun demi alasan kepraktisan, kini pihaknya menerima ayam yang sudah dibersihkan sehingga tinggal diolah.
Tempatnya mempekerjakan seorang koki khusus untuk mengolah ayam spesial tersebut.
Untuk menikmati seporsi Ayam Tangkap, kita harus merogoh kocek Rp 60.000.
(tribunnews.com/ABNS)