Kesibukan sehari-hari membuat seseorang harus menggunakan waktunya sebaik mungki. Untuk urusan makan, salah satu hal yang kerap dilakukan adalah menggabungkan sarapan dengan makan siang atau yang dikenal dengan istilah brunch (breakfast lunch).
Menurut ketua umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof Hardinsyah MS PhD, brunch merupakan dampak dari perkembangan gaya hidup. Gaya hidup sendiri dibagi menjadi dua, yaitu lifestyle weekend dan lifestyle weekday.
"Ada lifestyle ketika weekend dan weekday atau hari kerja yang di mana lifestylenya tentu berbeda. Jadi lifestyle di waktu weekend sering kali sarapannya ditunda, misalnya harusnya sudah snack time tapi nggak karena mau berpergian terus tertunda lagi lunchnya karena kejebak macet di jalan, nah akhirnya pasti digabung," ucap Prof Hardinsyah.
Prof Hardinsyah mengatakan gaya hidup dengan menggabungkan sarapan dan makan siang tersebut merupakan gaya hidup yang tidak baik dan hanya berlaku ketika weekend saja. Hal tersebut ia katakan dalam acara BelVita Breakfast 'Wholesome and Balanced Breakfast fot Productive On-the-Go Lifestyle' di Satoo Garden, Shangri-La Hotel, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa, (22/11/2016).
"Itu (menggabungkan sarapan dan makan siang) kan hanya dilakukan sesekali kalau lagi weekend aja jadi nggak apa-apa ya. Asal jangan setiap hari seperti itu karena nggak sehat," sambung pria yang lahir 57 tahun silam ini.
Lantas, apa saja dampaknya bagi tubuh ketika terlalu sering menggabungkan sarapan dengan makan siang?
"Sederhana aja kalau perut keroncongan atau lapar pas pagi, pasti pusing, stamina menurun kan. Nah kalau jangka panjangnya bisa bikin gendut karena makan malamnya jadi rakus akibat merasa tidak kenyang dari apa yang dimakan," imbuh Prof Hardinsyah.
(Detik-News/Portal-CBN/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)