(Foto: Healtheatingfood.com)
Sekitar 40-50 persen perempuan menopause di negara Barat melakukan terapi komplementer berbasis tanaman (nabati) untuk mengurangi efek yang ditimbulkan dari menopause.
Studi yang dilakukan JAMA tersebut menilai terapi semacam itu dapat membantu.
Para peneliti dari Erasmus University Medical Center di Belanda dan University of Cambridge di Inggris Raya menganalisis 500 percobaan klinis secara acak, dengan partisipan berjumlah 6.653 perempuan.
Studi ini melihat korelasi antara konsumsi makanan tinggi kedelai, minum suplemen kedelai, menggunakan tanaman herbal dan obat-obatan Tiongkok dapat memengaruhi gejala menopause.
Ada manfaat dari konsumsi nabati dan kedelai. Namun, para peneliti tidak menemukan efek menguntungkan dari ramuan obat Tiongkok atau black cohosh.
Makanan nabati yang terbuat dari kedelai, seperti tahu, miso, tempe dan edamame, kaya akan isoflavon yang bisa mengurangi efek menopause, seperti berkeringat di malam hari, organ vital mengering, terganggunya suasana hati dan penuaan kulit.
"Tapi ketika datang ke negara-negara Barat, asupan makanan isoflavon mereka sangat kecil, sekitar 2 mg per hari," ujar peneliti, seperti dilansir Health.
Berbeda dengan perempuan di negara-negara Asia yang makan 25-50 mg per hari.
(Health/Metro-Tv-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)