Pergeseran pola makan dan gaya hidup manusia modern saat ini, berimbas pada kesehatan masyarakat. Beragam penyakit kronis muncul dari kebiasaan makanan yang salah.
Tren makanan siap saji dan produk olahan instan, ditambah gaya hidup sedentari, alias kurang aktif, memicu gangguan sistem metabolik yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kronis. Obesitas, diabetes, penyakit jantung dan kardiovaskular, serta kanker adalah beberapa penyakit yang lekat dengan manusia modern.
Mengatasinya, kini masyarakat urban berusaha kembali mengadopsi konsep naturopaty, gaya hidup di masa lalu, yakni mengonsumsi makanan bebas pencemaran zat kimia, atau lazim disebut makanan organik.
Melansir UK Food Standards Agency, makanan organik adalah bahan pangan yang diproduksi dengan menggunakan metode pertanian organik, yang membatasi input sintetik modern seperti pestisida sintetik dan pupuk kimia.
Sebenarnya, gerakan ‘kembali ke alam’ dengan makanan organik muncul pada tahun 1940an, menanggapi industrialisasi pertanian yang semakin gencar menggunakan pupuk kimia. Seiring berjalannya waktu, pertanian dan makanan organik semakin besar, menyusul kepedulian masyarakat akan gaya hidup sehat.
Mendukung gerakan tersebut, kini berbagai negara di dunia menerapkan kebijakan pangan seperti pelabelan sertifikasi organik agar suatu bahan pangan dapat dijual ke konsumen sebagai ‘bahan pangan organik’, termasuk Indonesia.
Berbicara masalah makanan organik, tren tersebut di Indonesia juga semakin besar. Bahkan Chef Yuda Bustara mengatakan tahun 2016 mendatang, tren kuliner Indonesia berkisar pada makanan lokal dan organik.
“Masyarakat kita sudah mulai berminat dan peduli dengan makanan sehat,” kata dia.
Hal itu, dikatakan Yuda berkaitan dengan semakin sadarnya masyarakat akan hidup sehat dengan memilih makanan-makanan yang bergizi.
Senada dengan Yuda, Harman Siswanto, Direktur PT Supra Boga Lestari, yang memayungi jaringan supermarket Ranch Market mengatakan, masyarakat Indonesia kini semakin selektif memilih makanan.
Kalau melihat konsumen Ranch Market, masyarakat Indonesia kini sudah semakin banyak yang paham tentang makanan organik, mereka belajar lewat internet dan juga media sosial,” kata Harman, kepada CNNIndonesia.comdi Pepenero, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Tingginya tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan bahan pangan organik tentu menjadi celah tersendiri bagi pengusaha. Semakin banyak vendor yang menyediakan produk organik. Pertanian pun bergeser ke arah organik guna memenuhi permintaan konsumen. Tak ayal, banyak lembaga sertifikasi organik bermunculan, guna mengesahkan sebuah produk makanan pantas diberi label organik.
Sementara, soal pengembangan industri makanan organik, Harman mengatakan, di Indonesia, hal itu bersifat bottom up. Berawal dari kesadaran konsumen, bahwa yang bersifat alami itu baik bagi kesehatan, maka permintaaan produk organik akan meningkat.
“Suplai produk organik dipenuhi oleh para petani organik. Proses transaksi terjadi berdasarkan pada kepercayaan. Konsumen percaya pada petani, bahwa produk yang dijual adalah produk organik lewat sertifikasi,” ujar Harman.
Petani Indonesia, di sisi lain, sudah menjalankan pertanian organik sejak lama. Oleh karena itu, penyediaan bahan pangan organik sebenarnya menjadi potensi besar yang bisa dikembangkan. Sayangnya, produk organik Indonesia kurang beragam. Masih terbatas pada bahan pangan segar seperti sayur dan buah.
“Di Indonesia memang 90 persen produk organiknya berupa makanan segar,” tutur Harman. “Sementara untuk produk kering dan yang sifatnya tahan lama, masih impor.”
Alasan itulah yang membuat produk organik dari negara lain, termasuk Australia, Amerika Serikat dan Italia, populer di Indonesia.
Bioagricoop scrl melalui Organicity Project melihat celah tersebut sebagai potensi besar. Dalam pertemuan bisnis yang digelar di Pepenero, Bioagricoop bermaksud membawa produk organik Italia ke pasar Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, variasi produk yang ditawarkan pun beragam, mulai minyak zaitun, wine, sereal, keju, bahkan daging organik. Bagi mereka yang menyukai hidangan khas Italia, pasta, juga tersedia versi organik, lengkap dengan sausnya.
“Di Italia, produk organik tengah berkembang pesat. Masyarakat Italia sendiri tak keberatan membayar lebih untuk makanan organik yang lebih sehat, enak dan ramah lingkungan,” kata Dr ssa Carla Gambini, Project Manager Organicity dari Bioagricoop.
Gambini optimistis bahwa masyarakat Indonesia sepaham dengan Italia. “Saya melihat orang Indonesia sangat mencintai makanan, sama seperti Italia. Oleh karena itu, makanan organik pun pasti akan digemari di Indonesia, apalagi kini tren sudah beralih ke gaya hidup sehat,” ujarnya.
(CNN-Indonesia/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)