Masih ingat dengan Arya Permana? Bocah berusia 10 tahun asal Karawang yang memiliki bobot hingga 190 kilogram. Melihat sekilas saja perawakannya, setiap orang sudah mengetahui bahwa Arya menderita obesitas akut. Beruntung beberapa waktu terakhir sejumlah pihak sudah mulai menunjukkan perhatian untuk menurunkan berat badan Arya. Kabar terakhir menyebutkan berat badannya sudah mulai turun beberapa kilo.
Obesitas pada anak memang menjadi salah satu masalah serius di dunia kesehatan. Pada 2014 terdapat 41 juta anak di seluruh dunia yang mengalami masalah berat badan berlebih dan obesitas. Adapun di Indonesia, data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan sebanyak 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8% di antaranya menderita obesitas.
Pengurus DPP Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Rita Rayamulis menjelaskan obesitas pada anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa. Jika pada orang dewasa indikatornya bisa menggunakan indeks massa tubuh, pada anak masih harus diukur juga umurnya untuk menentukan obesitas.
“Penanganannya juga tidak bisa hanya dengan menurunkan porsi makan seperti pada orang dewasa. Anak-anak kan masih dalam tahap pertumbuhan sehingga asupan makanan menjadi sangat penting,” ujarnya. Kendati indikatornya lebih rumit, obesitas pada anak sebenarnya bisa ditandai dengan mudah.
Rita menjelaskan ciri-ciri fisik anak yang mengalami obesitas antara lain pipi yang gembil dan dagu terlihat ganda. Selain itu, anak obesitas biasanya juga memiliki leher yang pendek. Ciri lainnya adalah perut yang membuncit, dan ketika berjalan kedua paha bagian dalam akan saling bergesekan. Pada anak laki-laki, dadanya akan membesar. Sementara itu, penisnya justru telihat mengecil akibat timbunan lemak di sekitar kemaluannya.
Adapun pada anak perempuan, obesitas biasanya membuat menstruasi datang lebih awal di usia 9 tahun. JADI CONTOH Lantas bagaimana agar anak tidak mengalami obesitas? Untuk mempermudah upaya tersebut Rita memperkenalkan konsep 3M yang terdiri dari kata move, model, dan meet. Move atau bergerak berarti mengajak anak untuk beraktivitas. Tidak perlu berolahraga yang berat-berat, konsep move pada anak ini berarti melakukan gerakan dasar yang disukai anak seperti melempar, berlari, atau melompat. Beraktivitas fisik akan membantu mengatasi gejala obesitas.
Agar sukses mengarahkan gaya hidup anak, Rita juga menuntut orangtua untuk aktif menjadi contoh. Dia menceritakan sering melihat orangtua yag gagal melakukan nutrition parenting karena orangtua tidak menjadi contoh. Oleh karena itu dia mempopulerkan konsep model agar bisa sukses mendorong anak. Konsep terakhir yaitu meet yang dimaksudkan agar aktivitas tersebut dilakukan secara bersama-sama.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Michael Triangto menuturkan agar anak mau berolahraga, ajarkan mereka untuk melakukan gerakangerakan sederhana. Olahraga yang terlalu berat biasanya akan membuat anak malas dan kapok. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk memulainya dengan aktivitas yang disukai anak. “Batasi olahraga jangan lebih dari 1 jam. Mulailah dengan 15 menit atau bahkan semampunya saja,” ujarnya.
Michael menuturkan anak biasanya menyukai keterampilan dasar seperti kemampuan melempar, berlari, melompat, atau menjaga keseimbangan. Dengan konsep bermain, anak akan lebih mudah diajak bergerak sehingga membantu menanggulangi obesitas
(Bisnis-Indonesia/Portal-CBN/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)